Sewaktu kecil, saya sering bermain-main di siang hari sepulang sekolah. Setelah capek berlarian dan bersepeda dengan teman-teman, saya sering pulang melewati deretan rumah-rumah. Komplek perumahan itu tergolong rumah kelas menengah.
Saya melihat ada beberapa diantaranya meletakkan kendi di dekat pagar. Biasanya kendi itu diletakkan di tembok pintu depan. Saya pernah menanyakan pada ibu saya, apa maksudnya? Ibu saya menjawab bahwa air tersebut berisi air putih yang disediakan bagi orang-orang yang kehausan. Siapapun boleh mengambilnya. Gratis. Termasuk kamu.
Saya bertanya lagi, "Untuk apa mereka repot-repot menyediakan air bagi orang di jalan. Belum tentu orang tersebut mengenal mereka?"
Ibu saya menjawab bahwa itu falsafah kehidupan, jika kita berbuat baik pada orang lain, maka kita juga akan mendapatkan kebaikan.Saya tidak mengerti artinya kata-kata itu kala itu.
Sekarang ini, yang biasanya disebut jaman now, sangat sulit menemukan kebaikan di jalan-jalan. Jalan sepeda motor saya sering dipotong di jalan. Seekor sapi diseret oleh SATPOL PP di belakang truk. Pembunuhan sering terjadi bahkan pada masalah yang sepele. Orang tidak malu ngotot meski salah. Jangan heran juga menemukan pengemis yang mempunyai uang jutaan. Ataukah Anda tidak percaya pada saya jika saya katakan ada seorang murid yang membunuh gurunya hanya karena ditegur.
Saya pernah diberitahu teman, bahwa ada salah satu toko yang menyediakan softdrink bagi pengunjung. Saya tertawa karena berpikir itu cuma sekedar bercanda. "Bagaimana mungkin menjalankan taktik marketing seperti itu di Indonesia? Rasanya toko itu akan bangkrut." Saya memang pernah tahu bahwa taktik seperti itu dilakukan di Jepang. Disana, pengunjung selalu diberi teh setiap kali mengunjungi toko mereka. Saya datang ke toko itu dan memang ada. Semula aturannya setiap orang yang datang pada jam berapa saja. Kemudian aturannya diubah setiap jam 12 siang. Setelah itu diganti kalau pengunjung membeli sejumlah sekian. Akhirnya peraturan "Softdrink" ditiadakan.
Ada banyak cara agar budaya primitif ini makin turun. Dirikan banyak tempat bermain, taman pertemuan untuk warga kota. Tanami jalan-jalan yang panas di siang hari dengan tanaman. Panas juga bisa membuat temperamen orang naik. Jika Anda sedang ke Surabaya, cobalah ke jalan Walikota Mustajab, pohon-pohon disana benar-benar menyejukkan.
Perpustakaan juga perlu digalakkan sampai ke tingkat RW. Ilmu memperluas otak. Mengembangkan imajinasi dan daya berpikir. Saya yakin, suatu ketika hoax akan menjadi bahan tertawaan saja karena masing-masing dari kita sudah lebih pintar dari pembuat hoax.
0 comments:
Post a Comment