Berlari itu Olahraga Mematikan


Saya memutuskan lari sebagai olahraga saya. Saat itu, keputusan saya karena lari adalah satu-satunya olahraga yang tidak membutuhkan alat khusus. Saya tinggal memakai celana serta kaos dan jalan umum sebagai tempat saya berlari.

Keputusan saya ini ternyata agak salah. Memang lari tinggal lari. Tidak perlu raket atau bola basket. Tidak perlu menyewa kolam renang atau membentuk kesebelasan agar bisa segera berolahraga. Tetapi lari membutuhkan pengetahuan yang tidak sedikit. Saya tidak bercanda. Keminiman pengetahuan tentang lari bisa berakibat fatal, bahkan kematian. Beberapa catatan kejadian fatal saat berlari beberapa diantaranya adalah:

  1. Ignatius Sumarja (60), meninggal pada Jakarta Marathon  2013 
  2. Andi Nursaiful (48), pelari BTS Ultra 100K, Nopember 2017, tewas di Ranupane, 18 Kmdari garis start.
  3. Matt Campbel (29), meninggal pada April 2018 di London Marathon. 
  4. Andi Ariawan (42), peserta Goat Run Seri Gunung Guntur Garut, meninggal April 2018
  5. Denny Handoyo (50), seorang pelari Maybank Bali Marathon, September 2018, tewas seratus meter dari garis finis. 

Ketika pertama kali mengikuti perlombaan lari, saya sudah mengikuti 10K. Saya hanya berlatih selama seminggu dan tidak mempunyai pengetahuan berlari yang memadai. Tapi untung saya berteman dengan pelari yang sudah senior. Dari dia saya mengetahui apa itu pace, bernafas, cara mengisi tenaga dengan karbohidrat, makan buah tertentu agar tidak kram otot, dan memperhatikan nafas sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan berlari serta software yang memantau kemajuan lari dan menghitung kalori yang dibutuhkan.

Alhasil, meskipun saat itu perlombaan saya yang pertama kali, saya waspada dengan nafas. Saya mengira-ngira pada pace dan menit ke berapa nafas saya mulai tersengal-sengal dan menurunkan pace sementara waktu. Kecepatan pace dapat dilatih dengan latihan. Jangan gengsi dengan pace. Jangan meniru-niru senior. Jika memang terlalu lambat. Kita harus berlatih setahap dan setahap. Jangan malu mengikuti 5K terlebih dahulu sebelum 10K.

Lantas bagaimana berlari yang sehat? Saya bukan profesioanal di bidang kesehatan. Catatan berikut ini saya dapatkan dari teman-teman saya yang terbukti pace 5 dan saya terapkan pada diri saya sendiri.

Kenali diri Anda sendiri.
Saya memasang app android Runstatic di ponsel. Dari ponsel ini saya mendapatkan pace yang dibutuhkan dalam jarak tertentu, ditambah dengan catatan kalori. Saya rasakan pada menit ke berapa mulai tersengal-sengal atau kaki mulai tak nyaman. Cek tekanan darah Anda. Hati-hati jika tekanan darah Anda sudah tinggi sebelum melakukan apa-apa. Agar akurat, jangan makan apa-apa atau melakukan apa-apa sebelum cek. Banyak hal yang menyebabkan tekanan darah Anda tinggi. Salah satunya karena rongga pembuluh darah Anda terlalu banyak penyumbatnya, misalnya karena lemak. Oleh karena itu, sering-seringlah menyapunya dengan bawang putih mentah, air jeruk nipis/lemon atau memperbanyak makanan berserat.

Makan Sesuai Kalori yang Dibutuhkan dan Minum
Saya tidak pernah sarapan saat mengikuti lomba lari, karena saya pernah muntah, tetapi malam sebelumnya, saya sudah memasukkan karbohidrat sesuai dengan jumlah kalori yang saya dapatkan dari app android. Yang selalu wajib untuk dimakan (bagi saya) adalah beras merah, pisang, susu kedelai. Beras merah membutuhkan waktu untuk diproses, sehingga kira-kira tepat waktu pagi, energi itu tersedia. Pisang saya gunakan untuk antikram, sedangkan susu kedelai untuk sumber protein, jaga-jaga jika ada sel/otot saya yang rusak.

Jangan cuma makan. Minum juga perlu. Saya harus tandon air di dalam tubuh agar tidak dehidrasi. Biasanya saya minum empat gelas air sesaat sebelum tidur  dan dua gelas air sesudah bangun. Anda bisa juga memakan buah yang mengandung banyak air, seperti melon atau semangka.

Perkuat Kaki dan Sekitarnya
Saya split ala Van Damme. Jika tidak memungkinkan sampai pantat ke tanah, ya nggak masalah, setindak-setindaknya otot paha bawah Anda ketarik. Saya sering kram daerah sini. Kemudian jinjit-jinjit ala Lien Tien Kung, cukup sampai 200-an perhari. Ini menguatkan otot paha bawah dan telapak kaki.

Latihan Rutin
Di internet, terutama Youtube, ada yang meng-upload "Bagaimana mengikuti Marathon tanpa latihan" Ini hoaks. Kita berbadan organik. Tubuh kita menjadi seperti apa yang kita biasakan pada badan kita. Coba suruh bayi berlari. Tentu saja tidak bisa. Berjalan saja masih sempoyongan, apalagi berlari. Bayi harus latihan berjalan terlebih dahulu agar otot-ototnya terlatih. Begitu juga dengan lari. Kita terbiasa berjalan daripada berlari, sehingga berlari adalah kejadian luar biasa bagi kita. Tubuh kita bekerja pada saat berlari. Agar tubuh kita tak cepat panas, kita harus biasakan berlari dengan latihan. Saya pribadi mengikuti lari hanya hobi, bukan untuk menjadi atlit, sehingga saya hanya berlari 3,5 Km setiap hari.

Adalah keren tiba di garis finis sebagai pemenang, tetapi lebih aman jika Anda berprinsip "Lebih baik ke garis finis lebih lambat daripada ke garis dibantu Ambulan." Jadikan lari sebagai penyehat, bukan pemercepat menghadap Tuhan.

Berlari itu Olahraga Mematikan Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Good Dreamer

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.