Catatan Mengikuti Jawa Pos Fit East Java Marathon 2017


Lomba lari Jawa Pos Fit sudah diadakan 12 Nopember 2017 yang lalu di Jembatan Suramadu. Ini adalah lomba pertama saya yang mempunyai jalur naik dan turun. Kaki saya masih terasa jarem. Saya tidak mengira bahwa jalan yang sedikit menaik membuat kaki saya kewalahan. Hal itu mungkin saja disebabkan karena saya lelah, tetapi bisa juga karena kaki saya kurang terlatih untuk jalur menanjak.

Ketika membeli tiket lari, saya sudah menebak bahwa hawa di Jembatan Suramadu agak panas. Saya was-was ketika giliran start 10 K agak siang dibanding peserta full marathon dan half marathon. Semakin siang berarti semakin terbakar matahari.

Panjang Jembatan Suramadu adalah 5.438 meter. Saya mengikuti yang jenis 10 K. Itu artinya pada kilometer ke-5 saya harus berbalik menuju tempat semula. Yahhhh, tidak sampai ke Madura. But that's okay. Dengan lintasan hampir sampai ke Madura, berarti saya harus melewati lengkungan jembatan sebanyak dua kali, pulang dan pergi.

Kalau dari jauh, lengkungan jembatan tampak tidak seberapa. Tetapi kaki saya tidak bisa dibohongi. Sewaktu balik, kaki kiri saya mulai kram. Saya berhenti sebentar. Saya tekuk telapak kaki dan sakitnya mereda. Saya mulai berlari lagi. Sekarang giliran kaki kanan saya kram. Waduh....ini bencana. Waktu saya termakan banyak karena saya berhenti. Saya memang berhenti dan menekuk telapak kaki saya, tetapi setiap beberapa meter, kram itu datang lagi. Akhirnya saya berhenti dan berlari bergantian.

Tantangan kedua bukan di lari, tetapi selfie. Saya memang berusaha tidak selfie supaya waktu finish saya tidak kurang. Memang tidak dapat disalahkan jika banyak yang selfie. Saya sendiri mengikuti lomba ini karena memang "kapan lagi bisa lari di Jembatan Suramadu". Jembatannya di atas laut, pemandangan pagi dengan sinar matahari yang baru muncul memang menarik untuk latar belakang swafoto.

Kenapa harus bersusah payah lari? Pikiran saya bertanya-tanya ketika pertama kali mengikuti lomba lari. Lari itu capek. Lelah. Bikin kaki jarem. Kram. Nafas ngos-ngosan. Tetapi lari adalah bagaimana  berdisiplin. Latihan. Mau enggak mau harus tahu makanan sehat. Tahu bagaimana mengendalikan tubuh. Kita belajar mencapai target diluar yang biasa kita dapatkan. Dipaksa berpikiran progresif. Target akhir masih jauh, tetapi dengan menampak selangkah demi selangkah, target itu semakin dekat. Jika waktu saya sekarang sekian menit, bagaimana caranya agar di lomba berikutnya lebih pendek dari sekarang.

Saya puas dengan kerja panitia. Pada water station peserta bisa memilih salah satu atau kedua jenis minuman, isotonik atau air putih biasa. Dan benar-benar melimpah. Tentu saja saya tidak berani minum banyak supaya tidak lemas. Pada jalur yang dilewati juga disediakan toilet portable dan petugas "marshal" yang membuat peserta merasa nyaman berlari. Dan ini yang menarik. Setelah finish, peserta diberi dua macam air, isotonik, air biasa serta sebuah pisang dan handuk kecil.

Lomba ini membuat saya berpikiran untuk melatih otok kaki saya melawan tanjakan, suatu latihan yang tidak terpikirkan sebelumnya. Selama ini saya hanya latihan memperpanjang nafas saja. Saya puas dengan lomba ini meskipun tidak maksimal karena kaki saya kram. Tahun depan saya pasti balik untuk memperkecil waktu finish.

sumber foto: jawaposfit.com

Catatan Mengikuti Jawa Pos Fit East Java Marathon 2017 Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Good Dreamer

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.