Jangan Berhenti Mengejar Cita-cita
Kita hidup untuk apa? Sudah seberapa angan-angan kita yang sudah tercapai padahal kita mengidam-idamkannya semenjak kecil. Ayo, tanya anak TK atau ingat diri kita sendiri sewaktu kecil. Saat guru menanyakan pada kita, "Apa cita-citamu?"
"Jadi guru."
"Jadi dokter."
Insinyur, presiden, astronot....dll..dll.
Siapa yang sampai sekarang masih mengejar cita-cita? Atau kita mulai dibayang-bayangi perasaan, "Bisa, nggak ya?
atau mungkin. "Ah, waktu itu kan kecil. Asal ngomong doang."
Justru disitulah letak permasalahannya. Anak kecil begitu percaya dengan dirinya sendiri, sementara kita dibayang-bayangi oleh ketakutan sendiri. Tapi nanti ketika kita sudah tua, kita baru menyesal. "Ah, kenapa tidak dari dulu ya. Sekarang sudah tua."
Teman, memang, cita-cita membutuhkan kerja. Mimpi atau cita-cita adalah seperti ahli panah mengambil busur panah. Merencanakan apa yang dilakukan untuk cita-cita itu seperti pemanah membidikkan anak panah pada target. Tetapi jika kita berhenti disitu saja, anak panah tetap di tempatnya. Kita membutuhkan meluncurkan anak panah ke sasaran. Dan itulah kerja kita.
Saya bukan orang kaya. Belajar musik adalah kemewahan bagi saya. Anda tahu sendiri, les musik tidak murah. Apalagi harus membeli biolanya yang sudah pasti bukan barang murah. Tetapi saya nekat dan saya tidak menyesal les musik selama tiga tahun.Bukannya saya tidak pernah bosan, tetapi mengingat cita-cita ingin memainkan biola membuat saya selalu fokus pada tujuan saya.
Fotografi juga impian saya sejak kecil. Saya berlangganan majalah Fotografi dan sering mengagumi foto-foto hasil bidikan fotografer sambil ngiler. Tetapi harga kamera mahal (sampai saat ini juga begitu). Ini ditambah dengan harga film negatif yang tidak murah juga. Saat itu membuat foto sudah pasti mengeluarkan duit. Beda dengan sekarang, saat kamera sudah digital. Anda bisa jeprat-jepret dan buang tanpa rasa bersalah. Toh tidak perlu cuci-cetak. Dan sekarang saya menikmatinya. Rasa puas menghasilkan foto bagus bisa menghilangkan stress.
Sekarang ini, saya mencanangkan diri saya untuk mendapatkan minimal tiga medali di perlombaan lari marathon. Saya memang tidak muda, tetapi juga tidak tua. Namun rasa di dada ini saat mencapai prestasi sungguh seperti terbang ke langit (kalau ke bawah mah ke tanah...he...he..he)
Hati-hati dengan perkataan orang. Banyak dari mereka yang akan mematahkan semangat Anda.
Orang sering mengatakan "Anda tidak bisa" bukan hanya karena mereka memperhatikan Anda. Bisa juga, lho karena mereka iri, sebab diri mereka "merasa gagal."
Berterima kasihlah pada orang-orang yang menasehati Anda untuk berhenti bercita-cita, sebab dari merekalah Anda tertantang membuktikan mimpi-mimpi Anda. Tak perlu berdebat. Teruslah melepaskan anak panah ke sasaran Anda.
Dunia milik orang-orang yang mempunyai keberanian mewujudkan cita-citanya. Anda tidak akan pernah tahu sampai sejauh mana cita-cita Anda membuat Anda bahagia. Dan ketika tua, Anda tidak perlu berkata
"Saya terlalu tua untuk melakukan itu."
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Powered by Blogger.
Setuju. Kebahagiaan dan keberhasilan adalah milik mereka yang berhasil menggapai cita-cita. Dan cita-cita tidak akan tergapai tanpa usaha. Harua dikejar mati-matian.
ReplyDeleteApapun cita-cita kita, harus diperjuangkan. Kata pepatah, gantungkanlah cita-citamu setinggi langit, jika tak tergapai setidaknya kau jatuh di antara bintang-bintang. Kalau kata lirik lagu aku bisa sih gini: aku tak mau menyerah, aku tak ingin berputus asa. Dengan gagah brani aku mencoba, dan ternyata aku bisa.